Senja mulai
tampak, azan berkumandang. Hari ke sepuluh Ramadhan ini adalah hari yang telah
seminggu ku tunggu sesudah mengikuti ujian UMB-PTN pada 2 Ramadhan. Ku segera
berbuka puasa dan bergegas Shalat Magrib. Doa pun ku laksanakan untuk
menyempurnakan shalat ku. Bukan doa biasa, doa ini datang dari hati yang paling
dalam. Dalam tangis ku berdoa, mengeluarkan seluruh gundah di dada. Memohon
ampun atas segala dosa ku. Memohon Allah menghadiahiku satu kursi saja di PTN,
satuuu kursi saja. Tetes air mata tak sanggup ku bendung lagi, mengingat semua
perjuangan ku menembus PTN impian.
Malam ini
pengumuman UMB-PT, hasrat ku sangat memimpikan untuk kuliah di PTN favorit di
provinsi ku. Ku berharap dengan kuliah di PTN, biayanya lebih murah dan
beasiswa terbuka lebar untuk ku. Dan hasil SNMPTN bulan lalu, seakan
mencengkeram tubuh ku hingga tulang-tulang ku patah tak berbentuk lagi. Dan aku
gagal di SNMPTN. Disela derai tangis, memori ku kembali ke masa-masa SMA ku.
Saat tertawa riang dengan sahabat-sahabat ku. Mengukir mimpi-mimpi kami di
selembar kertas. Ku tulis jurusan dan PTN yang ku pilih. Tak pernah terbayang
aku gagal SNMPTN. Saat itu hanya ada senyum bahagia di antara kami. Berjanji
bersama mewujudkan mimpi. Membuktikan pada dunia bahwa kami mampu mengguncangnya.
Kami bukan murid terkaya ataupun terpandai. Kami serba sederhana. Dengan
langkah kecil, kami ingin mewujudkan cita-cita ini.
“Ya Allah,
beri hamba kesempatan kuliah di PTN, satu kursi saja untuk saya. Jangan biarkan
hamba menangis lagi. Engkau Maha Tahu semua yang terbaik untuk ku. Jadi kan
bulan Ramadhan ini sebagia bulan kemenangan untuk hamba. Aamiin ya Rabbbal
`alamin”. Ku simpan kembali sajadahku. Ku buka laptop kakak ku. Ku raih modem
dari atas meja. Connect. Jari-jari ku mulai menari di atas keyboard.
Alhamdulillah pengumuman UMB-PT sudah bisa dibuka. Ku pejam kan mata ku.
Memohon Allah mengabulkan keinginan ku. Bismillah. Perlahan-lahan ku buka
kelopak mata ku. Alhamdulillah aku lewat di PTN yang ku impikan. Tapi kemudian
ku lihat lagi. Ku dekatkan mata ku ke monitor. Ada yang salah. Mata ku mulai
sayu. Ternyata aku lewat di prodi pilihan ketiga. Ya Allah rasanya lebih sakit.
Hati ku miris. Tetes air mata kembali mengalir. Passion ku bukan di jurusan
ini. Aku berharap lewat dipilihan pertama atau sekurang-kurangnya pilihan kedua
yang tidak jauh berbeda dengan pilihan pertama. Ku hapus air mata ku. Mencoba
tegar dan tersenyum. Mungkin ini memang yang terbaik untuk ku.
Kakak
menghampiri ku dan bertanya, “Bagaimana Dik, lewat?”
Tersenyum ku
menjawab, “Prodi pilihan ketiga yang lewat, Kak”
“Shalat
istikharah lah. Mantap kan hati mu. Kamu juga lewat di PTS dan kamu suka
jurusannya. Kamu lewat di PTN impian mu dan jurusannya bukan favorit mu. Semoga
pilihan mu kelak adalah yang teerbaik untuk mu”. Aku mengangguk tanda
mengiyakan. Ku sampaikan hasil UMB-PT ini pada orang tua ku. Mereka menyerahkan
keputusan kepada ku dan menyaran kan ku memikirkan baik-baik pilihanku kelak.
Aku antara senang dan sedih. Ku suka jurusan di PTS, tapi di sisi lain aku ingin
kuliah di PTN. Semuanya membuat ku sesak. Ku renungi apa yang salah. Mencoba
belajar dari kegagalan. Selama ini aku memang kurang dekat dengan Allah. Shalat
ku sering telat. Aku shalat, tapi seakan tidak shalat. Tak ada rasa saat ku
shalat. Tapi kini ku bisa merasakan betapa rindunya aku kepada Allah. Aku
merasa kecil dan tidak suci. Aku lemah di hadapanNya. Baru kali ini aku
menangis di hadapanNya dengan tangis bertaubat. Mungkin inilah penyebab aku
gagal. Selama di SMA, aku kurang memanfaatkan waktu ku untuk belajar sebaik
mungkin. Malam ini adalah malam pertama shalat istikharah ku. Malam titik balik
dari hidup ku selama ini. Langkah ku sudah mantap. Mungkin aku kehilangan
sesuatu yang baik, tapi mungkin aku mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Aku yakin
rezeki ku tidak akan di ambil orang lain, karena itulah aku tenang. “YA
Allah... Aku memilih PTS yang jurusannya sesuai dengan lentera jiwa ku. Beri
hamba kemudahan di sini, mudahkan hamba mendapat beasiswa. Terima kasih atas
segala karunia Mu selama ini”.
***
Sehabis
shaum, aku tidak tidur lagi. Aku menyiapkan segala berkas untuk daftar ulang di
PTS. Dengan diantar Ayah, Ku mantap kan kaki ku. Aku yakin Allah Maha Besar,
Maha Tahu yang terbaik untuk hamba-hambaNya. Aku akan berjuang mewujudkan semua
mimpi ku. Aku ingin menjadi hambaNya yang taat dan bahagia di dunia dan
akhirat. Aku ingin meraih masa depan dengan kesungguhan hari ini. Pemenang
optimis menatap masa depan dengan penuh rencana dan aksi. Allah bersama ku,
dimana pun aku berada.
0 komentar:
Posting Komentar