Magic Friends
Gak nyangka waktu masuk di sekolah ini. Waa.. orang Aceh
semua.. gak pernah aku nyangka bisa satu sekolah sama penghuninya adalah orang
Aceh semua. Dari SD sampai SMP aku sekolah semua orang-orang Jawa dan Batak, eh
malah waktu SMA, Aceh semua. Emmm… gimana ya.. aku kurang bisa Bahasa Aceh.
Orang-orang Aceh ini pasti
ketawain and ngeliatin aku dari kaki sampai kepala. Gubrak deh.. Ndeso..
Kulirik sekelilingku, hmmm,, kayaknya
mereka memandang ku dengan aneh. Samar-samar ku dengar mereka berbisik ..
“Eh anak mana tuh? kok aneh banget?”Seorang anak
berbadan kutilang alias kurus tinggi langsing berbisik dengan temannya.
“Ajaib ya, dari planet Mars Kali.. Liat aja
jilbabnya yang amburadul and cerewetnya minta ampun…”Temannya menimpali sambil duduk
dihadapanku.
Hmmm…Sabar ya Irna, mendingan aku berkenalan aja
sama mereka, daripada mereka negative thingking sama aku.
Dengan wajah malas ku dekati mereka,
“Hai aku Irna, nama kalian siapa?” Ku ulur tangan ku pada mereka.
Si Kutilang Kembali memandangku. Uhh
kesel,” Ga ada kerjaan lain apa ini anak?” Batinku dalam hati.
“Aku Ayu” Jawab Si kacamata hitam .
“Lia”, Kutilang ikut menyahut.
“Oh, Nice to meet you!”Ucapku sambil tersenyum.
Teng...
Teeng..
Suara bel yang cempreng itu pun berbunyi. Anak-anak
kelas satu akan ada pembagian kelas, akhirnya aku terhempas ke kelas satu enam.
***
Awalnya kelas yang super hancur lebur,
berantakan dalam satu detik sunyi-senyap ketika sebuah bayangan dari balik
pintu mendekati kelas X. 6. Tanpa dikomando Kami pun berteriak “Awwww..Tuyul
Datang”
“Mana tuyul???” Dengan emosi yang
meledak Wali kelas kami mengeluarkan kata-katanya dari mulutnya yang berbusa.
Akhirnya 15 menit kemudian kami sampai
pada sesi perkenalan. Satu-persatu siswa memperkenalkan diri di depan kelas.
Akhirnya Irna pun bangun dari bangkunya dan memperkenalkan diri kepada siswa
lainnya.
“Baiklah, mana saya Irna. Asal sekolah
Limau Mungkur. Aku dari Aceh Tamiang” Dengan senyum manis ku ucapkan kata-kata
itu.
“oh, pantaslah” Seisi kelas mulai riuh
rendah berbisik-bisik sambil menoleh kepada ku. Aku pun melanjutkan lagi ,
“Cita-cita ku menjadi guru. Sekarang saya tinggal di Meunasah Timu. Baiklah
sekian dari saya. Saya ucapkan terima kasih atas perhatiannya.”
***
Setalah sesi perkenalan, Irna segera
menuju ke kantin. Dia berjalan seperti di kejar hantu. Kalau dipikir-pikir,
pantaslah dia berjalan demikian, perutnya sudah bernyanyi sich.
“ Bruuuukkk..” Ulya tersungkur ke
tanah dengan suara seperti petir menyambar. “ Eh, Siapa sich lo? Kalau jalan pake
mata”
Hmmm Dia lagi ( sahut Irna dalam hati)
. “Heh, kamu tuch ya jalan ga pake noleh kiri kanan udah pake mata kaca masih aja rabun ! Apa
perlu aku bawa kaca spion”
Ulya hanya terdiam dan berpikir dalam hati “Aneh ini
cewek, seumur hidup aku baru kali ini liat cewek amburadul seperti dia, Sebel
deh”
“ Heh Irna botak, eh salah, maksud ku
batak. Mau apa kamu marah-marah sama aku. Udah tau kamu yantg salah. Eyalahh
apa mau aku antar kamu ke kampong Jowo, Kamu itu orang baru disini, udah sok
nyebelin, Heran Dech!!”
“Eh mentang-mentang kamu dah lama
disini. Kamu sok berkuasa gitu!! Emang siapa Elo?? Eh dengar ya… kita sama-sama
kelas satu. Jadi jangan sok belagu” Ujar Irna berapi-api.
Seisi kantin menoleh kepada mereka.
Mereka menatap Irna dan Ulya beradu mulut di Kantin. Bu kantin pun hanya bias
mengusap dada melihat tingkah mereka.
Lia dan Ayu yang juga berada di situ mencoba
melerai mereka. “ Cukup-cukup
, kalian itu mengganggu ketenangan seisi kantin. Liat tuh orng-orang pada nggak
mood liat muka kalian” lerai Ayu sedikit berapi-api.
“Sudah-sudah kalian punya masalah apa sih, lebih
baik diselesaikan baik-baik. Nggak usah pake berantem”
“ Ah Lu nggak usah sok jadi pahlawan
Hero deh, ini urusan aku, Kamu minggir
sana”Teriak Irna dengan muka merah.
Tiba-tiba dibelakang meerka muncul Super Hero,
upss Kepala sekolah maksudnya. Secara gitu sejak kapan sih ada super Hero di
Indonesia. Hehehe..
Nah, Maksud ku Super Hero adalah
Kepala sekolah. “Apa-apaan ini ? Ayo ikut saya ke kantor”
“hah. Ke kantor. Aku nggak mau. Ini
semua salah Batak “ ujar Ulya membela diri.
“eh rabun, kamu tu yang salah. ternyata
kamu benar-benar rabun, pantas ga tau mana yang benar mana yang salah”
***
Suasana di ruang kantor semakin
mencekam. Ish Seram banget. Apalagi mukanya kepsek, udah kayak Limbad yang di
The Master dech.. Iiihh.. tambah takut..
“Ulyaaa,, aku takut” ujar irna dengan
wajah mengerikan. “Hmm udah merasakan? Makanya ngaku aja kenapa sih” Jawab
Ulya.
“Asal kamu tau ya. Aku bukan takut di hukum,
tapi aku takut liat monster itu” Ujar
Irna membela.
“ Hahaha.. Yang mana? Aneh lu. Nggak
banget dech”
Kepala sekolah mulai mengobar-ngobarkan
petuahnya yang membutuhkan waktu selama 360 detik alias 1 jam. Heehee.. tumben
aku pinter.
***
Setelah mendapatkan kata-kata mutiara dari Bapak
Kepsek, kami segera ke kelas untuk melanjutkan belajar. Untung Cuma dapat
petuah dan nggak di hukum.
Ayu dan Lia pun berkomentar tentang kejadian di
kantin tadi. “ Eh, menurut kami, kenapa kalian nggak baikan aja, enak tau
berteman. Kita
bisa bareng-bareng dan bisa jadi sahabat sejati.”
“lagi pula tadi tidak sengaja. Itu wajar-wajar aja”
Lia menimpali perkataan Ayu
“Hmm.. denger tuh kata Lia, kita ini seharusnya
bersaudara, masak baru kenal udah berantem, nggak baik tau”Ayu melanjutkan
nasehatnya.
“Okay deh, aku ngaku salah ,maaf ya Ulya.. emang aku yang salah. Aku jalannya
terburu-buru.. hehee” Senyum Irna sumringan sambil menampakkan gigi behelnya.
“Aha.. “Ulya
langsung berpelukan dengan Irna.
“Ya sudah kalian udah baikan, jadi jangan berantem
lagi ya!
“Berpelukan” Ujar mereka berempat. “
Wah ada teletubbies! Teriak seisi kelas.
Inilah keajaiban persahabatan yang akan kami bina
selamanya.
***