Bismillah,
Ba’da
tahmid wa shalawat.
Sahabat
apa kabarnya nih?
Lebaran
kemarin silaturahim kemana saja? Adakah yang berkunjung ke rumah guru SD nya
terdahulu? Pernahkan kalian berpikir mungkin saja guru SD mu itu sudah tidak
mengajar lagi, sudah pensiun, ataukah sudah tua?
Ya, berikut ini adalah sebuah
cerita yang dibagikan oleh salah satu dosen ku. Ceritanya sangat menyentuh
bahkan mata ku berkaca-kaca terharu mengenang kebaikan dan ketulusan ilmu yang
diberikan guru SD ku terdahulu.
Dan berikut kisahnya...
***
Berkahnya
bulan Ramadhan terasa sampai ke Syawal. Tiba-tiba saja aku teringat guru SD ku
dahulu yang selalu sabar mengajarkan ku baca tulis dan menasehatiku saat ku
berkelahi dengan temanku. Ah...aku ingin mengunjunginya, ingin mengucapkan
terima kasih atas semua kebaikannya.
Langsung
ku ambil HP ku, Ku telpon beberapa teman ku yang mengetahui keberadaan guru SD
ku itu. Namanya Darwani, tetapi sering dipanggil Bu Dar. Beliau adalah salah
satu guru SD ku yang sangat dekat dengan ku. Bagaiman tidak, Dia selalu saja
sabar menghadapi ku walaupun aku adalah siswanya yang paling nakal. Berbekalkan
alamat yang diberikan oleh teman ku, aku langsung mencari rumah guru SD ku.
Setelah
bertanya kesana-kesini, akhirnya aku menemukan alamat itu. Dia sedang duduk
santai di depan rumahnya. Rumahnya masih tradisional sekali, yaitu rumah
panggung “Rumoh Aceh”.
“Assalamu’alaikum”,
ku sapa beliau.
“Wa’alaikumussalam”
jawabnya ramah.
“
Bu apakah benar ini rumahnya bu Darwani?”, tanyaku memastikan.
“Iya,
saya sendiri, Anda ini siapa ya?” tanyanya lagi.
“
Bu, saya adalah murid ibu yang dulu paling nakal di sekolah”, sengaja ku
rahasiakan dulu nama ku.
“Oh
begitu, kalau begitu,mari masuk dahulu, “ Ajaknya menaiki tangga Rumoh Aceh
menuju serambi ruang tamu dan dipersilahkan aku untuk duduk.
Kemudian
Bu Dar membawa kue-kue lebaran dan minuman kepada ku. Ku pandangi garis-garis
kerutan yang kini tampak jelas di wajahnya. Bu Dar memakai jilbab, sehingga tak
bisa ku tebak warna rambutnya, tapi ku yakin sudah memutih.
“Wah,
Ibu masih mempertahankan rumah tradisional Aceh, apa alasan Ibu?”, Ku tanya hal
ini karena aku sangat penasaran, padahal tetangga-tetangganya sudah beralih ke
rumah yang lebih modern.
“Nak,
ini adalah rumah bersejarah yang kaya akan hikmah, ingatkah tadi saat melewati
pintu masuk, Pintu Rimoh Aceh memang di rancang lebih pendek daripada
rumah-rumah yang sekarang . Ketika kita akan masuk kita harus menunduk sedikit.
Itu adalah filosofi untuk menghormati orang tua”.
“Ibu
juga ingin terus melestarikannya, agar anak-anak sekarang tidak lupa akan
budayanya sendiri”, lanjutnya.
Perbincangan
kami terus berlanjut. Diceritakannya kenakalan demi kenakalan ku terdahulu.
Kami pun larut mengenangnya kembali.
“Bu,
saya ingin mengucapkan terima kasih atas semua ilmu yang telah Ibu berikan.
Sehinnga saya telah menjadi seperti ini sekarang. Saya sekarang telah menjadi
dosen dan sebentar lagi akan lanjut S-3”
“Ya
Nak, Ibu akan senantiasa mendoakan mu”, Ku lihat air matannya berlinang
menatapku.
Aku
pun tak sanggup menatapnya lagi, ku cium tangannya untuk berpamitan. Segera ku
ambil motorku, ingin ku lihat kebelakang lagi, tapi aku tak kuasa menahan haru.
Akhirnya aku mengintip lewat kaca spion motor ku. Ku lihat beliau menengadahkan
tangannya seperti sedang berdoa. Aku semakin terharu. Akupun melesat jauh ke
jalan raya. Pertemuan yang luar biasa.
***
Menurut kalian, apa manfaat dari
besilaturahim ke rumah guru-guru yang terdahulu mengajari kita?
Beberapa manfaat yang ku dapat adalah ...
1. Guru SD adalah guru yang sanagt
berjasa karena beliau lah yang pertama kali mengajarkan baca tulis.
2. Bersilaturahim ke rumah guru
akan mempermudah setiap langkah kita karena doa yang diberikannya.
Oh ya, soal menjaga budaya, ya ku
rasa itu harus. Kita bisa mengenal adat-istiadat kita yang penuh makna. Aku
juga ingin suatau saat nanti mendirikan rumoh Aceh. Tapi, rumoh Aceh
berpondasikan kayu-kayu yang lumayan besar ya. Hmm.. akan ku pertimbangkan juga
agar tidak menebang pohon sembarangan (pohon-pohon yang hijau semakin berkurang
sih... )
Okay, keep istiqamah aja, do the
best, pray for the best, and be the best.
Aamiin ya rabbal ‘alamiin.
Aamiin ya rabbal ‘alamiin.
Wassalammualaikum..
0 komentar:
Posting Komentar